Aku ingin pulang

Sekian lama Nia telah meninggalkan desa tidak banyak perubahan yang terjadi. Sengaja dia berangkat malam hari agar tiba di pagi hari. Jarak antara kota dan desa ini jika ditempuh bus lumayan juga sepanjang jalan dilewati sambil menutup mata. Matahari menyinari bus yang dia tumpangi yah tak terasa arloji menunjukkan jam 6.00 pagi. Ah…. Segar sekali udara yang masuk dari celah jendela bus. Jarang rasanya menghirup udara segar dikota. Ya udara di kota telah tercemar polusi dimana – mana.
Sepanjang perjalanan nia begitu menikmati aktivitas masyarakat dipagi hari yan lumayan sibuk. Tampak terlihat anak – anak usia sekolah yang bersiap –siap mandi di sumur umum atau semacam tempat pemandian umum. Sebagian diantara mereka membawa piring kotor yang akan dicuci sebelum berangkat sekolah ada juga yang membawa ember berisi air bersih yang akan untuk memasak dirumah. Ya desanya belum dilengkapi dengan sarana air bersih biasanya masyarakat menggunakan sumur umum atau tempat pemandian umum untuk keperluan mandi dan cuci dan untuk urusan kakus biasanya sih menggunakan wc berjalan atau lebih tepatnya sungai- sungai kecil yang dimanfaatkan sebagai wc.

Ya nia sudah tiba di persimpangan jalan menuju rumah tak banyak yang ia pikirkan selain menikmati matahari terbit dan udara pagi yang menyegarkan. Tak sabar rasanya ingin sampai dirumah. Rumah yang begitu berkesan baginya. Sengaja dia tidak memberitahukan kedatangannya kepada kedua orangtuanya sengaja ingin membuat kejutan. Nia telah meninggalkan desa ini cukup lama hampir 5 tahun
Tak terasa ia sudah ada di depan pintu perlahan ia mengetuk pintu tok…to…tok.. dan mendengar suara derap langkah yang berlari untuk membukaan pintu. Betapa terkejutnya mereka melihat anak mereka yang sudah 5 tahun tidak pulang. Ya mereka kurusan sekarang dan uban mulai menghiasi kepala mereka. Setelah cukup lama melepas rindu nia untuk memutuskan untuk istirahat melepas lelah.
Walaupun lelah tapi ia tidak juga memejamkan matanya. Ia mengamati setiap sudut kamarnya yang tidak ada perubahan meja belajar yang sering dipakai masih tertata rapi dan buku-buku pelajaran semasa sma dulu terpajang rapi.Sesekali matnya menengadah ke langit-langit kamarnya dan pikirannya kembali kemasa remaja dulu. Sengaja nia pulang untuk satu alas an yang selalu menganjal hatinya ia kembali ke itu.
Masa ketika ia dan sahabatnya mia yang selalu menemaninya ketika itu. Mia adalah sahabatnya yang ia anggap sebagai saudara. Tapi sekarang persahabatan itu hancur hanya karena masalah yang tidak jelas ujung pangkalnya. Selama ini mia terlalu banyak bersabar menghadapi sikap temperamen nia dan selalu berusaha memahaminya. Persahabatan yang dimulai dari banyak perbedaan antara dirinya yang temperamen tinngi dan mia yang teramat sabar untuk menghadapinya. Persahabtan yang unik atau aneh menurut orang-orang yang keduanya tidak ada kecocokan sama sekali. Tapi menurut nia ini adalah suatu persahabatan yang layaknya kutup positif dan negative.
Persahabatan yang telah dibina itu hancur berawal dari kebiasaan nia yang selalu ngomong ceplas-ceplos yang tidak pernah ada remnya dan terkesan selalu menyepelekannya. Perbincangan itu ketika acara lulusan sma ketika ia berniat untuk melanjutkan kuliah di salah satu ptn di ibukota. Tapi dengan culasnya nia tidak memberikan motivasi malah dengan seenaknya berkata:” emang kamu bisa?? Gini bukannya aku gak peduli sama kamu tapi aku rasa kamu tidak mempunyai kemampuan yang lebih untuk bisa kuliah. Sma saja susah payah kamu mengikuti pelajarannya apalagi untuk melanjutkan kuliah. Pikir lagi ndeh keinginanmu”. Mia hanya menatap nia dengan wajah yang sendu dengan suara lirih ia berkata :” aku tahu bahwa aku tidak sepintar kamu dan sangat menyadari bahwa aku selalu meminta bantuanmu untuk menyelesaikan tugas sekolahku. Apakah gak ada sedikit penghargaanmu untuk cita-citaku??. Selama ini aku cukup sabar menghadapi tingkahmu kekanak-kanakan dan tidak mau tersaingi oleh siapapun. Aku sudah cukup sabar tapi kali ini maaf aku tidak bisa mentolerir sifat kamu”. Ia pu berlalu dari hadapanku.
Pertemuan itu adalah pertemuan terakhir dengannya. Sejak saat itu Nia putus komunikasi dengannya. Mia sengaja berpesan kepada keluarganya untuk tidak memberitahukan keberadaannya kepada siapapun. Lima tahun Nia mencari tahu keberadaannya. Belakangan ia tahu bahwa Mia tidak pernah kuliah dan ia telah menikah dengan lelaki idaman hatinya. Mia… mia ternyata waktu belum bisa menghapus semua kesalahanku apakah dihatimu tak cukup tempat untuk memaafkanku. Mia semiga kamu berbahagia dengan jalan yang engkau pilih…. Dan aku disini tetap menunggu maaf darimu.

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar apa saja ttg blogku.
Please jangan anonim**